BIOGRAFI BILAL bin RABAH
A.Biografi
Nama
lengkapnya Bilal bin Rabah Al-Habasyi. Ia berasal dari negeri Habasyah,
sekarang Ethiopia. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah1 dan digelari Muadzdzin
Ar-Rasul. Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum
hijrah.Ayahnya bernama Rabah dengan seorang Ibu yang di kenal dengan nama
Hamamah, seorang hamba sahaya hitam di antara hamba-hamba sahaya Makkah, oleh
karena itu sebagian orang memanggilnya dengan Ibnu As-Sauda. Sebagai keturunan
afrika, Bilal mewarisi warna kulit hitam, rambut keriting, dan postur tubuh
yang sangat tinggi. Sosoknya mungkin mirip dengan orang habsy. Bilal tumbuh di
Ummul Qura, dia adalah hamba sahaya milik anak yatim dari Bani Abdud Dar, Bapak
mereka mewasiatkannya kepada Umayyah bin Khalaf salah seorang pemuka kekufuran.
Orang tua Bilal termasuk tawanan yang dibawa
dari Etiopia ke Arabia. Bilal beserta Bapaknya adalah tawanan perang yang
kemudian diperjual belikan sebagain budak. Demikianlah Bilal sebagai budak
beliau diperjual belikan dan berpindah-pindah tuan sampai akhirnya menjadi
budak Umayyah bin Khalaf. Bilal mulanya
berkhidmat melayani Umayyah biasanya berdagang dan membawa serta Bilal ikut
bersamanya dalam perjalanan-perjalanannya. Ia juga menjadikannya sebagai
penjaga tempat hartanya. Bilal juga dikenal dengan kemerduan suaranya di antara
para budak di Makkah. Bilal adalah seorang yang teguh pendiriannya, tenang
dalam penampilannya, berwibawa, cerdas dan kuat daya ingatnya. Sejak kecil dia
menghabiskan masa remaja dengan menjadi pembantu majikannya. Beliau adalah
orang yang bagus akhlaknya, tunggal tiada duanya, istimewa bila dibandingkan
dengan kebanyakan sahabatnya dengan sifat-sifat yang sudah dikenal pada
dirinya. Itu menjadikan dia menempati kedudukan yang terpecaya di antara
mereka. Salah satu terpenting adalah perkataan yang jujur dalam seluruh
perkataannya, bahkan juga pada seluruh perbuatannya, baik saat beraktifitas
maupun ketika diam tenang.
Kejujurannya adalah kejujuran secara total,
bukan parsial. Akan tetapi keadaan lahiriahnya berbeda dari satu pribadi ke
pribadi yang lainnya. Seseorang menjadikannya terkenal dengan itu sampai
kepercayaan terhadap perkataannya dan perbuatannya mencapai tingkatan yang
tidak diragukan lagi dan tidak syubhat lagi padanya. Setiap orang itu mempunyai
kunci kepribadian yang menunjukkan pada akhlaknya dan perangai mentalnya. Kunci
kepribadian Bilal adalah kejujuran pada makna tertingginya. Rasulullah dan kaum
muslimin mempersaksikan kejujuran itu ada pada dirinya. Dia adalah orang yang
berpengaruh bagi orang sekitarnya. Dan dia memenuhi kebutuhan orang lain
berpindah di antara pasar dan rumah. Inilah yang membuat dirinya memahami
hakikat semua permasalahan dan dapat membedakan tingkah laku (budi pekerti)
manusia. Mana yang baik dan mana yang buruk diantara mereka.dia sukses dengan
kesabarannya dan tabah dalam derita sakit serta kekerasan yang ia alami. Hal
ini tidak mengubah kekuatan qona’ah dan keimanannya. Bahkan lebih kuat dari
sebelumnya. Dia menjadi di kenal dengan kemerduan suaranya yang keras serta
indah dalam membaca Al-Qur’an dan lantang ketika adzan. Dialah orang pertama
yang mengumandangkan adzan untuk shalat. Selanjutnya dia dibantu oleh Abu
Mahdzurah dan Ibnu Ummi Maktum.
Ketika Makkah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung
Sholallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal
adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam,
di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama
baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar
ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah,
Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.
B.Masuk Islamnya Bilal Bin Rabah
Bilal hidup di pinggiran kota Makkah, dia menjadi seorang Budak
yang dikehendaki majikannya. Memenuhi kebutuhan, membersihkan rumah, mengembala
hewan ternak tanpa bayaran dan penghargaan. Dalam kehidupannya serba dalam
keterpaksaan dan hinaan. Penduduk Makkah akhirnya dapat memahami hakikat
kehidupannya dan terdapat penyimpangan dalam peradaban manusia dan makna
moralitas. Tetapi hidupnya berubah setelah ia memeluk agama Allah SWT. Islam
menerangi kota Makkah ketika Rasulullah datang dengan membawa ajarannya, orang
yang percaya tentang adanya kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah adalah Abu
Bakar tanpa kebimbangan ia menerima ajakan Rasulullah untuk masuk ke dalam agama
Islam. Bilal masuk Islam lewat ajakan Abu Bakar. Saat itu Bilal berusia tiga puluhan
tahun. Bilal sering mendengar nama Muhammad disebut oleh Umayyah bin Khalaf
saat berbincang-bincang dengan kawan-kawan dan orang-orang terkemuka
kabilahnya. Mereka membicarakan kekasih Allah ini dengan penuh kemurkaan dan
kebencian. Kendati demikian, mereka tidak mengingkari sifat amanah dan
keberaniannya. Mereka juga tidak mengingkari keluhuran akhlaknya, kejujuran
tutur katanya, dan kejernihan akalnya. Namun mereka sangat membenci Nabi
Muhammad.Diceritakan bahwa Lewat tengah malam bilal terbangun. Rasa lelah dan
kantuknya memang belum hilang. Segera dilipat selimutnya, sepertinya ia sedang
menanti sesuatu. Tergoda bilal untuk memeluk gulingnya. Beberapa menit kemudian
bilal seakan mendengar bisikan memanggilnya. Digosok matanya seraya meyakinkan
diri bahwa yang didengarnya bukan kisah mimpi. Dengan sigap ia bangkit dari
pembaringannya sambil telinganya dilebarkan. Benar, ia memang mendengar suara
memanggilnya. Walau ia seorang budak yang rajin dan patuh, takkan pernah ia
merasakan panggilan yang penuh kasih seperti yang baru saja didengarnya. Segera
bilal membuka pintu. Segera dibukanya pintu. Di depannya berdiri sosok jangkung
dan ramping di tengah kegelapan. Ternyata yang berkunjung menemui Bilal adalah
Abu Bakar. Beliau sengaja mengunjungi Bilal malam karena tidak ingin ada orang
yang tau bahwa ia menemui Bilal dengan tujuan mengajaknya masuk Islam. Lantas
Bilal menanyakan tujuan Abu Bakar menemuinya.Kemudian Abu Bakar menjelaskan
tujuannya datang menemui Bilal, dengan berkata: “dengar, Bilal. Masih ingatkah
kamu ketika kita bersama-sama dalam misi dagang quraisy ke syiria?” Bilal
menjawab: “iya, saya ingat tuan!” Abu Bakar bertanya kembali : “dan masih
ingatkah engkau akan seorang pendeta, yang menceritakan nubuwah yang pernah di
lihatnya? Bukankah pendeta tersebut berkata, akan tiba saatnya muncul seorang
rasul dari tengah gurun arab?” dan dijelaskan bahwa apa yang dikatakan pendeta
tersebut telah terjadi yakni datangnya Rasul Terakhir yakni Nabi Muhammad SAW.
Tetapi Bilal masih menanyakan kebenarannya sehingga Abu Bakar menjelaskan bahwa
dia mendengar desas-desus di Makkah, bahwa Muhammad dengan diam-diam mengajak
umat manusia agar berserah diri hanya kepada Allah, yang Maha Esa. Dan aku tahu
bahwa apa yang disampaikannya adalah kebenaran. Aku kemudian pergi menemuinya
dan bertanya tentang apa yang kudengar. Ia pun menerangkan dengan santunnya
kepadaku, wahai Bilal. Nabi Muhammad menjawab, bahwa Allah
sesembahanku itu maha Esa dan maha Kuasa. Dia adalah dzat yang maha mencoba dan
maha pemberi ingat. Allah pula lah yang telah mempercayakan kepadaku untuk
meneruskan karya Ibrahim, dan dia pula yang menugaskanku agar menyampaikan
ajara nnya kepada umat manusia.” Abu Bakar menghela nafas dan sejenak kemudian
meneruskan kisahnya. Kata Abu Bakar, “Demi Allah, Muhammad seumur hidupku aku
belum pernah melihatmu berbohong, karena itu aku percaya bahwa engkau memang
telah menyampaikan kebenaran. Keluhuran budimu memang meyakinkanku, dan aku
yakin bahwa Allah memang telah menyiapkan dirimu untuk menjadi teladan bagi
sekalian umat manusia.karena itu, Muhammad, dengarkanlah persaksianku. “ Aku
beriman kepada Allah yang engkau sembah, dan aku percaya bahwa Muhammad adalah
utusan Allah”. Mendengar itu Muhammad kemudian menjabat tanganku menerima
persaksianku.” Tetapi Bilal masih ragu dengan bertanya apakah dia di ajak
Muhammad. kemudian Abu Bakar menjelaskan kembali tugas Nabi Muhammad kepada
Bilal. Ia mengajarkan
bahwa semua manusia sederajat bagaikan gigi dari sisir yang sama, juga mengajarkan
bahwa manusia bebas tidak lebih baik dari budak, atau sebaliknya, kecuali pada
keluhuran, keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Aku tak ingin berbicara
panjang denganmu Bilal. Hanya satu ajakanku, terimalah dan berimanlah kepada
ajaran Muhammad. Janganlah biarkan bimbang dan ragu sedikitpun menyelusup di
hatimu. Yakinlah bahwa ajakan Muhammad akan mengantarkan kita kepada
kebahagiaan sejati, yang tidak ada lagi kebahagiaan lain yang dapat
menyamainya, serta mengantarkan kita pada puncak kebaikan. Karena itu, Bilal,
mari akun ajak engkau untuk mengcapkan kalimat persaksian bahwa “Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain
Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah”. Mendengar itu tidak ada perasaan lain
di hati Bilal kecuali keharuan. Perlahan air matanya menitik dari pelupuk mata,
dan perlahan ia menempelkan wajahnya di hamparan pasir. Ia bersujud. Dengan
terbata-bata kemudian terdengar Bilal melafalkan kalimat persaksian (dua
syahadat). Sejak saat itu Bilal telah masuk kedalam jajaran umat Islam. Wajah
Abu Bakar menampakkan kecerahan, dan ujarnya “Bilal, besok kita akan pergi ke
rumah. Muhammad dan
aku akan menunggumu pada saat seperti ini di rumahku. Ingat, jangan terlambat
datang, sahabatku!”“akan selalu ku ingat ajakanmu, Abu Bakar!”, tutur bilal.
Sekali lagi Abu Bakar menggenggam erat tangan Bilal, dan keduanya kemudian
pulang kerumahnya masing-masing.20 Sejak saat itu Bilal bin Rabah mengikuti
ajaran Rasulullah dengan penuh keimanan.
C.Pernikahan
Bilal bin Rabah
Pada suatu hari
ia meminang dua wanita untuk dirinya dan saudaranya Bilal mempunyai saudara
dalam Islam, julukannya adalah Abu Ruwaihah. Dia ingin meminang seorang perempuan
dari kalangan warga Yaman, lantas dia mengajak Bilal untuk menemaninya, karena
berharap mereka mau menerimanya sebagai suami dari anak perempuan mereka.21
sehingga ia berk ata kepada bapak wanita itu : “Saya adalah Bilal, dan ini
saudaraku, dua orang budak dari habsy. Pada mulanya kami adalah sesat tetapi
Allah membimbing kami. Kami adalah dua budak lalu Allah memerdekakan kami. Jika
anda setuju menikahkan anak perempuan anda dengan kami, segala puji bagi Allah
tetapi jika anda menolak, maka Allah maha besar.” Mereka menjawab, “siapa saja yang menjadi saudaranya Bilal, maka kami akan
menikahkannya. Setelah urusannya selesai dan diterima lamaran Saudaranya,
Beliau mulai memikirkan kehidupannya akhirnya beliau meminang seorang wanita
bernama Hind. Bapak dari wanita tersebut kemudian meminta Bilal untuk menunggu
sejenak, karena dia akan bermusyawarah dengan rasulullah. Bilal kemudian pulang
ke madinah. Hari berlalu, dan ternyata utusan dari keluarga Hind datang untuk
bertemu Rasulullah. Pimpinan rombongan berkata kepada Rasulullah bahwa mereka
datang dari Yaman, dan telah mendengar lamaran Bilal terhadap saudara perempuan
kami, Hind. Jawaban kepada Bilal bahwa kami akan bertanya lebih dahulu kepada
Rasulullah dan kami memintanya bersabar untuk menunggu. Oleh sebab itu mereka
meminta pendapat rasulullah. Rasulullah diam sejenak dan kemudian
tersenyum, beliau berkata bahwa barangsiapa yang bertanya tentang Bilal maka
jawabnya dia adalah manusia surga. Keluarga Hind terkesima mendengar jawaban Rasulullah
yang menggambarkan kecintaannya kepada Bilal sehingga mereka tidak keberatan
untuk menikahkan Bilal dengan saudara perempuannya Hindia. Bilal sangat
berbahagia dengan keputusan ini, karena dengan itu ia telah berhasil
menyempurnakan agamanya. Suatu malam ketika Bilal pulang dari sholat malam di
masjid Rasul, ia duduk di sebelah istrinya dan menceritakan apa yang di
dengarnya dari Rasulullah. Tetapi sang istri kurang dapat menerimanya dan
kemudian menolak untuk mempercayainya. Bilal sangat marah. Ia tidak dapat
menahan kesabarannya, dan akhirnya kembali menemui Rasulullah serta
menceritakan apa yang baru dialaminya. Rasul kemudian memegang tangan Bilal dan
kemudian mengajaknya pergi ke rumahnya. Sesampai disana Rasul bertanya kepada
istrinya “apakah Bilal telah memarahimu?” kemudian istrinya menjawab “tidak,
aku sangat mencintainya.”Rasulullah berkata “ketahuilah tentang apa yang
dikatakan Bilal tentang diriku adalah benar. Bilal tidak berdusta. Oleh sebab
itu, kalau engkau sedang marah, jangan sekali kali memarahinya, karena tidak
akan ada amalmu yang diterima oleh-Nya”. Para sahabat Nabi tidak meragukan satu
kata pun yang diucapkan oleh Bilal, walaupun mereka merasa heran atau aneh
dengannya. Mereka juga tak ragu terhadap berita yang disampaikan Bilal kepada
mereka walaupun cukup banyak hal yang mengingkarinya atau setidaknya
meragukannya. Setelah memberikan nasihat, akhirnya Rasulullah
kembali kerumahnya, dan sepanjang hidupnya Bilal hidup berbahagia bersama
istrinya.
D.Wafatnya
Bilal bin Rabah
Ibnu Katsir
mengungkapkan: “ setelah Rasulullah wafat, Bilal turut dalam pasukan yang pergi
ke Syam untuk berperang. Ada juga yang berpendapat bahwa Bilal tetap menjadi
muadzin pada masa-masa awal kepemimpinan Abu Bakar. Riwayat yang pertama lebih
shahih dan populer.”Bilal menetap di Syam sebagai muslim yang tekun beribadah
dan zuhud terhadap dunia. Dia sabar menunggu waktu bertemu lagi dengan
kekasihnya, Rasulullah Muhammad dan para Sahabat yang mendahuluinya. Selang
beberapa tahun, Muadzin pertama dan terbesar pada masa ini pun terbaring kaku
di pembaringan terakhirnya. Bilal menderita sakit yang sangat seirus. Wajahnya
memucat dan matanya tertutupi cairan. Sa’id bin Abdul Aziz bertutur: “Pada
akhir hayatnya Bilal mengatakan: ‘Aku akan bertemu orang-orang tercinta,
Muhammad dan golongannya.’ Istrinya menyahut: ‘Celakalah aku!’ dan Bilal
menanggapi: “berbahagialah aku”. Bilal pun menghembuskan nafas terakhir,
sementara Allah berkehendak mengabadikan namanya bagi penghuni alam semesta.
Adapun derajatnya di akhirat adalah surga yang penuh kenikmatan.Bilal meninggal
dunia pada tahun 20 Hijriyah, usianya sekitar enam puluh tahun. Pada zam an
kekhalifahan Umar bin Khathab. Namun, namanya masih harum hingga kini. Bahkan,
di sejumlah masjid di Indonesia, mungkin juga di negara lainnya, nama muazin
selalu tercantum dengan tulisan Bilal. Ini menunjukkan sebagai penghormatan
kepada sang muazin Rasulullah, pengumandang azan pertama di dunia. Semoga Allah
memberikan tempat yang mulia di sisi-Nya. Semoga Allah senantiasa merahmatinya
dan mempertemukan kita bersama di Surga bersama Nabi Muhammad dan para
sahabatnya, serta bisa mendengar Bilal bin Rabah melantunkan adzannya di Surga.
T
U
G
A
S
SIROH NABAWIYAH
BIOGRAFI BILAN
bin RABAH
NAMA : SYAKILA
HASWA UTAMI
KELAS : X IPS 3
Komentar
Posting Komentar